Tugas UAS
KONSEPSI ISLAM MENGENAI
FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Islam
Dosen : Drs.H.Septuri,M.Ag.
Di Susun Oleh :
Shela Rekkapuri
1511010364
Kelas : G

FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGRI
RADEN INTAN LAMPUNG
2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya di beri kemudahan untuk menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta salam selalu terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi
dengan upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Tak lupa saya mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Drs. H. Septuri, M.Ag.Selaku dosen mata kuliah “Filsafat
Pendidikan Islam” yang telah memberikan bimbingan bagaimana cara agar kami
dapat menyelesaikan makalah ini sesuai tuntunan. Makalah ini di susun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Konsepsi Islam Mengenai Faktor-Faktor
Pendidikan” .
Namun tidak lepas dari itu semua, saya menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa, isi dan segi lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya bagi mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. Terimakasih.
Wassalammu’alaikum
warahmatullahhi wabarakatuh
Bandar
Lampung, 26 November 2015
Shela Rekkapuri
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Konsepsi
Islam Tentang Pendidikan................................................................ 2
B. Konsepsi
Islam Tentang Anak.......................................................................... 4
C.
Konsepsi Islam Tentang Lingkungan............................................................... 7
D. Konsepsi
Islam Tentang Lembaga Pendidikan................................................ 9
1. Keluarga........................................................................................................ 9
2. Sekolah.......................................................................................................... 10
3. Masyarakat.................................................................................................... 11
E. Konsepsi
Islam Tentang Alat Pendidikan........................................................ 12
1. Perbuatan Tingkah Laku Atau Teladan......................................................... 14
2. Anjuran Atau Perintah.................................................................................. 15
3. Larangan........................................................................................................ 15
4. Hukuman....................................................................................................... 15
F.
Analisis Konsep................................................................................................ 16
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................ 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam prespektif pendidikan, secara umum anak didik
adalah setiap orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Dalam arti sempit dan khusus, anak didik dapat di artikan sebagai anak yangh
belum dewasa yang tanggung jawabnya diserahkan pada pendidik. Dengan demikian,
anak didik dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama, orang belum dewasa.
Kedua, orang yang menjadi tanggung jawab pendidik.
Lembaga
pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak
pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota
keluarga lainnya. Di dalam keluarga ini lah tempat meletakkan dasar-dasar
kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini
anak akan lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya
Diselenggarakannya
pendidikan disekolah disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan masyarakat yang
pesat sehinga menimbulkan diferensiasi spesialisasi yang meluas. Kondisi
masyarakat menuntut anak untuk mempersiapkan diri secara baik, agar ia memasuki
kehidupan yang lebih baik. Dengan berbagai spesialisasi lapangan kerja, yang
memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian kerja yang professional.
B.
Rumsan Masalah
1.
Bagaimana
konsepsi islam mengenai faktor-faktor pendidikan ?
2.
Bagaimana
konsepsi islam tentang anak?
3.
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan ?
4.
Lembaga
apa saja yang ada dalam pendidikan ?
5.
Apa
saja alat-alat pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsepsi Islam Tentang Pendidikan
Dalam melaksanakan pendidikan islam, peranan
pendidik sangat penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang
bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya
islam sangat menghargai dan menghormati prang-orang yang berilmu pengetahuan
yang bertugas sebagai pendidik, karena memiliki ilmu pengetahuan untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Pendidik mempunyai tugas yang
mulia,sehingga islam memangdang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi
daripada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang bukan pendidik. Tetapi
disamping itu orang-orang tang berilmu tidak boleh meyembunyikan atau menyimpan
ilmu-ilmu yang di milikinya itu untuk dirinya sendiri, melainkan memberikan dan
menolong orang lain yang tidak berilmu sehingga menjadi berilmu (pandai).
Penghormatan dan penghargaan islam terhadap
orang-orang yang berilmu itu terbukti di dalam Al-Quran Surat Al-Mujadalah ayat
11.
Yang artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…… (Q.S. Al-Mujadalah : 11)[1]
Tetapi orang-orang yang berilmu yang tidak
mengajarkan atau menyampaikan ilmunya kepada orang lain akan mendapat ancaman
berat sebagaimana di lukiskan dalam hadis nabi Muhamad SAW.
Yang artinya : “
barang siapa yang diajari suatu ilmu lalu dia menyembunyikannya, maka Allah
mengekangnya pada hari kiamat dengan kekangan api neraka”.
Al- Qalqasyandi seorang pendidik islam pada zaman
Khalifah Fatimiyah dari Mesir mengajukan beberapa syarat bagi seorang pendidik
islam sebagai berikut : [2]
a.
Syarat
fisik, meliputi :
1.
Bagus
badannya
2.
Manis
muka / berseri-seri
3.
Lebar
dahinya
4.
Dahinya
terbuka dari rambutnya (bersih)
b.
Syarat-syarat
psikis, meliputi :
1.
Berakal
(sehat akalnya)
2.
Tajam
pemahamannya
3.
Hatinya
beradap
4.
Adil
5.
Bersifat
perwira
6.
Lurus
dada
7.
Bila
berbicara artinya lebih dahulu terbayang dalam hatinya
8.
Perkataannya
jelas, mudah dipahami dan berhubungan satu dengan yang lain
9.
Memlih
perkataan-perkataan yang muia dan baik
10. Menjauhi sesuatu yang
membawa kepada perkataan yang tak jelas.
Dengan pendapat diatas, menunjukan betapa beratnya
tugas pendidik itu menurut pandangan islam. Persyaratan tersebut tidak lain
bertujuan agar para pendidik dalam memberikan pendidik kepada anak-anak
didiknya tidak merugikan pertumbuhan jiwa peseta didik dan merugikan agama.
Secara tidak langsung hal tersebut dapat dimengerti bahwa para pendidik
mempunyai pengaruh yang besar terhadap anak didiknya dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik.
Pendidik disebut juga dengan guru,merupakan unsur
manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan
kehadirannya dalam pendidikan, sebagai sumber yang menempati posisi dan
memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan
masalah dunia pendidikan, figure guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan,
terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah.[3]
Al-Ghazali dengan dalil Aqlinya mengatakan bahwa
menjadi pendidk sangatlah penting. Ia berkata, “Mulia dan tidaknya pekerjaan
itu diukur dengan apa yang di kerjakan. Tukang emas lebih mulia daripada
penyamak kulit karena tukang emas mengolah satu logam yang amat mulia, dan
penyamak mengolah kulit kerbau mati.” Guru mengolah manusia yang di anggap
makhluk paling mulia dari seluruh makhluk Allah. Oleh karena itu, dan dengan
sendirinya, pekerjaannya amat mulia karena mengolah manusia tersebut. Bukan itu
saja keutamaannya, guru mengolah bagian yang mulia di antara anggota-anggota
manusia, yaitu akal dan jiwa dalam rangka menyempurnakan, memurnikan dan
membawanya mendekati Allah semata.[4]
B.
Konsepsi Islam Tentang Anak
Anak
didik, dalam pendidikan islam, adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang,
baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidiknya. Ia adalah
orang yang belum dewasa dan sedang dalam masa perkembangan menuju kedewasaannya
masing-masing.[5]
Pada
kelahirannya, tampak dengan jelas beberapa fakta yang mengharuskan seorang anak
mendapat pendidikan. Fakta-fakta tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Setiap
anak lahir dalam keadaan tidak berdaya. Anak baru lahir fisik dan psikisnya belum
berfungsi secara optimal sebagaimana orang ewasa pada umumnya. Tidak satupun
perbuatan yang dapat dilakukannya untuk melindungi dirinya, selain menangis,
bahkan hidup atau matinya pun bergantung pada perlindungan dan pemeliharaan
orang lain, terutama kedua orangtuanya.
2.
Setiap
anak tidak boleh dibiarkan tidak dewasa. Kedewasaan merupakan syarat mutlak
dalam kehidupan manusia. Untuk itu, setiap anak harus menjadi dewasa agar dapat
menjalani hidup dan kehidupan bersama manusia dewasa lainnya secara manusiawi.
3.
Setiap
anak hidup dalam masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda. Setiap anak tidak
dengan sendirinya berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kebudayaan
tertentu. Bagi umat islam, setiap anak didik harus menjadi besar dan berkembang
dalam bimbingan, pengaruh, dan dan pengarahan masyarakat dan kebudayaan islam.
Dalam
prespektif pendidikan, secara umum anak didik adalah setiap orang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam arti sempit dan
khusus, anak didik dapat di artikan sebagai anak yangh belum dewasa yang
tanggung jawabnya diserahkan pada pendidik. Dengan demikian, anak didik dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama, orang belum dewasa. Kedua, orang
yang menjadi tanggung jawab pendidik.
Dalam
pendidikan islam, anak didik merupakan satu komponen yang sangat penting karena
tanpa ada komponen tersebut, tidak ada pendidikan. Oleh karena itu, komponen
anak didik tidk dapat di ganti dengan faktor-faktor yang lain karena ia
merupakan objek dan subjek pertama dari pendidikan.[6]
Anak
didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari
pendidik, karena menurut ajaran islam, saat anak di lahirkan dalam keadaan
lemah dan suci/ fitrah sedangkan alam sekitarnya akan member crak warna
terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.
Hal
ini sebagaimana sabda Nabi Muhamad SAW
“tidaklah
anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa ftrah (kecenderungan untuk
percaya kepada Allah), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut
beragama Yahudi, Nasrani, Majusi. (H.R.Muslim).
Demikian
pula dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30
Yang
artinya : “hadapkanlah wajahmu dengan
lurus keapada agama Allah. Tetapkanlah epada fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah
Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(Q.S.Ar-Rum:30).” [7]
Dari
ayat dan hadis tersebut telah jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah
membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para pendidiknya dalam
mengembangkanfitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya.
Disini
juga jelas bagaimana pentingnya peranan orangtua untuk menanamkan pandangan
hidup keagamaan terhadap anak didiknya. Agama anak didik yang akan di anut
semata-mata bergantung pada pengaruh orangtua dan alam sekitarnya. Dasra-dasar
pendidkan agama ini harus sudah di tanamkan sejak anak didik itu masih muda,
karena kalau tidak demikian halnya kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk
mencpai tujuan pendidikan islam yang diberikan pada masa dewasa.
Karena
itu Al-Quran telah menjelaskan bagaimana Liqman sebagai orangtua telah
menanamkan pendidikan agama kepada anaknya seperti disebutkan dalam surat
Luqman ayat 13.
Yang
artinya : “dan ingatlah ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah nyata-nyata kezaliman yang besar”
. (Q.S.Luqman :13).
Bagi
kehidupan beragama adalah leih penting lagi, karena menurut ahli psikologi,
juga ahli agama, pemuda pada masa itu mengalami kesangsian, keragi-raguan.
Mereka memang mau tak mau cenderung kepada hal-hal ketuhanan. Mereka mencari
kepercayaan, bahkan kepercayaan yang telah tertanamkan mengalami goncangan.
Jika
keadaan dan kondisi batin dalam masa pubertas ini tidak mendapatkan bimbingan
dan petunjuk yang sesuai dengan akal mereka, dan kalau alam sekitar mereka
menunjukkan pula goncangan keyakinan atau kepalsuan ibadah, benarlah kemunginan
mereka tidak mendapatkan apa yang di carinya (kebenaran dan keluhuran Allah,
keyakinan dan ketaatan). Benih agama yang telah tumbuh kemungkinan juga membuat
sengsara dalan hidupnya, kepercayaan yang telah ada bisa menjadi pasif atau
lenyap sama sekali. Jiwa yang terisi agama menjadi kosong. Sebaliknya jiwa yang
kosong, yang tak pernah mendapat siraman agama, dapat tumbuh subur jika pada
masa pubertas ini pendidikan ini agama di tanamkan kepadanya. Masa ini adalah
mas untuk beralih kepada keinsyafan dan keyakinan abadi.
Dengan
demikian, maka agar pendidikan islam dapat berhasl dengan sebaik-baiknya
haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak didik,
seperti disebutka dalam hadis nabi
“berbicaralah oranglain sesuai
dengan tingkat perkembangan akalnya. (Al-Hadis)
C. Konsepsi
Islam Tentang Lingkungan
Lingkungan
merupakan salah satu faktor prndidikan yang ikut serta menentukan corak
pendidikan islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap peserta didik.
Lingkungan yang dimaksud disini ialah lingkungan yang beupa keadaan sekitar
yang mempengaruhi pendidikan anak.
Untuk
pelaksanaan pendidikan islam didalam lingkungan ini perlu kiranya diperhatikan
faktor-faktor yang ada di dalamnya sebagai berikut :
a.
Perbedaan Lingkungan Keagaaman
Proses
pendidkan selalu dipengaruhi oleh lingkungan yang ada disekitarnya, baik
lingkungan itu menunjang maupun menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan.
Lingkungan yang memengaruhi proses pendidikan tersebut, yaiti :
1.
Lingkungan
social, terdiri atas
o Lingkunag keluarga
o Lingkungan
sekolah/lembaga pendidikan
o Lingkungan masyarakat.
2.
Lingkungan
keagamaan, yaitu nilai-nilai agama yang hidup dan berkembang di sekitar lembaga
pendidikan.
3.
Lingkungan
budaya, yaitu nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang disekitar lembaga
pendidikan.
4.
Lingkungan
alam, baik keadaan iklim maupun geografisnya.[8]
Yang
dimaksud dengan lingkungan inilah lingkungan alam sekitar dimana anak didik
berada, yang mempunyai pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan
atau agamanya. Lingkungan ini besar sekali peranannya terhadap keberhasilan
atau tidaknya pendidikan agama, karena lingkungan ini memberikan pengaruh
positif maupun negatif terhadap perkembangan anak didik. Yang di maksud dengan
pengaruh positif ialah pengaruh lingkungan yang member dorongan atau motivasi
serta rangsangan terhadap terhadap anak didik untuk berbuat atau melakukan
segala sesuatu yang baik sedangkan pengaruh yang negatif ialah sebaliknya, yang
berarti tidak memberi dorongan terhadap anak didik untuk menuju kea rah yang
baik.
Hal
yang demikian ini sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Quran surat Al-Hujaratayat
13.
Yang
artinya:
Hai
manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal, sesungguhnya orang-orang yang paling mulia diantara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu, sesungguhnya Allah maha
mengetahui lagi amat waspada. (Q.S. Al-Hujarat:13)[9]
Adapun
lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a)
Lingkungan yang acuh tak acuh dengan
agama,
b)
Lingkungan yang berpegang teguh
kepad tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan batin,
c)
Lingkungan yang memiliki tradisi
agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.
2.
Latar Belakang Pengalaman anak tentang
Keagamaan
Salah satu tugas bagi seorang
pendidik ialah menyiapkan anak agar dapat mencapai tujuan hidup nya yang utama,
yaitu menyiapkan diri untuk masa yang akan datang. Tujuan pendidikan islam
tidak terlepasdari tujuan hidup manusia dalam islam , yaitu menciptakan
pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai
kehidupan yang berbahagia didunia dan akhirat.[10] Dan menolong tan dan nasib spiritualnya,
melalui ilmu pengetahuan yang benar dan tingkah laku yang baik.
Aktifitas
belajar mengajar tiada lain hanyalah pengkapan potensi-potensi agar menjadi
kenyataan.jika hal ini dikaitkan dengan al-alim, maka di sebut ta’lim
(mengajar) sedangkan jika dikaitkan dengan al-muta’lim (pelajar)maka disebut
ta’allum (belajar).[11]
b. Latar Belakang Pengenalan Anak
Tentang Keagamaan
Disamping
pengaruh perbedaan lingkungan anak dari kehidupan agama, maka timbul suatu
masalah yang ingin diketahui anak tentang seluk beluk agama, seperti anak
menanyakan tentang siapa Tuhan itu, dimana letak surge dan neraka itu, siapa
yang membuat ala mini dan sebagainya.
Masalah-masalah
tersebut perlu mendapat perhatian sepenuhnya daripada pendidikan (orangtua dan
guru agama). Untuk memecahkan masalah ini perlu mengadakan pendekatan terhadap
anak didik untuk member penjelasan dan membawanya agar anak didik menyadari dan
melaksanakan apa yang di perhatikan dan dilarang agama, serta mengerjakan
hal-hal yang baik dan beramal saleh.
D. Konsepsi Islam Tentang Lembaga
Pendidikan
Secara garis
besar lembaga-lembaga pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu :
1.
Keluarga
Lembaga
pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak
pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota
keluarga lainnya. Di dalam keluarga ini lah tempat meletakkan dasar-dasar
kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini
anak akan lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tuanya dan
anggota yang lainnya). Dalam ajaran islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad
SAW. Dalam sabdanya
Yang
artinya:
Setiap anak
dilahirkan ke dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanya lah yang
menjadikan dia Majusi, Yahudi, atau Nasrani.
Berdasarkan
hadits tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam
membentuk kepribadian anak didik. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah
menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidik nya.
Disinilah
letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah
amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang kelak diminta
pertanggung jawaban atas pendidikan ank-anaknya.di jelaskan dalam hadits
Rasululloh SAW.[12]
Yang artinya : Ajarilah anak-anakmu
berenang,dan memanah. ( H.R.Zailani ).
2.
Sekolah
Sekolah
adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga, karena makin besar
kebutuhan anka, maka orang tua menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada
bagian lembaga sekolahan. Sekolah ini berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam
mendidik anak. Sekolah memberika pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak
mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran di keluarga.
Diselenggarakannya
pendidikan disekolah disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan masyarakat yang
pesat sehinga menimbulkan diferensiasi spesialisasi yang meluas. Kondisi
masyarakat menuntut anak untuk mempersiapkan diri secara baik, agar ia memasuki
kehidupan yang lebih baik. Dengan berbagai spesialisasi lapangan kerja, yang
memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian kerja yang professional.[13]
Dalam
keadaan tersebut keluarga tidak mampu lagi memberikan pendidikan kepada anak
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat tersebut. Oleh karena itu,
di selenggarakanlah lembaga pendidikan yang teratur, yaitu lembaga pendidikan
sekolah. Kegiatan lembaga pendidikan sekolah, atau sering disebut dengan
lembaga pendidikan formal, diselenggarakan secara sengaja, berencana dan
sistematis dalam rangka membantu anak didik mengembangkan potensinya masing-masing.[14]
Pembinaan
yang dilakukan oleh sekolah dan tanggung jawab yang di pikulnya dapat di
identifikasi sebagai berikut :
1. Meneruskan
dan mengembangkan pendidikan yang telah di letakkan oleh orangtua dirumah dan
lingkungan social.
2. Meluruskan
dan mengarahkan dasar-dasar pendidikan yang kurang baik menurut teori
pendidikan untuk mencegah kerugian yang mungkin timbul karena kesalahan
pendidikan awal atau kesalahan lingkungan yang tidak terkontrol.
3. Meletakkan
dasar-dasar ilmiah dan keterampilan untuk di kembangkan selanjutnya.
4. Mempersiapkan
anak didik dengan pengetahuan dasar yang memungkinkan anak dapat menghadapi
lingkungannya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dan memulai
penghidupannya sesuai dengan kemampuan dan kemudahan yang tersedia di lingkungan
masing-masing.[15]
Untuk
mencapai semua itu, sangat penting bagi umat islam memasukan anak-anaknya ke
madrash, pesantren dan perguruan tinggi berciri islam, atau sekurang-kurangnya
ikut mendukung secara moral dan materil dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan
tersebut. Sebab, dari lembaga pendidikan itulah, diharapakn akan lahir manusia
dewasa yang karena iman dan ilmunya akan menjadi manusia pengabdi kepada
kemanusiaan (masyarakat islam) dan mengabdi kepada agama islam.[16]
3.
Masyarakat
Lembaga
pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga
dan sekolah. Lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat ikut langsung
dalam pendidikan tersebut. Di dalam masyarakta terdapat beberapa perkumpulan
atau organisasi seperti : organisasi pemuda ( KNPI, Karang Taruna),organisasi
kesenian ( sanggar tari, perkumoulan musik ), Pramuka, Olahraga, Keagamaan,
dll.
Oleh karena
itu bagi anak-anak didik islam, sudah sewajar mereka masuk ke lembaga-lembaga
pendidikan masyarakat yang berdasarkan ajaran islam. Karena lembaga-lembaga
yang ada dalam masyarakat membantu pendidikan dalam usaha membentuk pendidikan
seperti : membentuk sikap, kesusilaan, dan menambahkan ilmu pengetahuan dari
luar sekolah dan keluarga.[17]
Memang dalam
bebrapa hal di benarkan mereka masuk dalam organisasi-organisasi yang bukan
berdasarkan islam, seperti : kesenian, olahraga, hanya saja yang bdemikian itu
harus dijaga dan dipelihara pengarug-pengaruh yang bersifat negatihf atau
menjauhkan diri dari nilai-nilai ajaran islam. Manusia sebagai makhluk social
hidup di dalam suatu masyarakat yang bersifat dinamis dan berkembang kearah
kemajuan. Perkembangan tersebut menyebabkan masyarakat menjadi semakin
kompleks, yang berakibat pada semakin besarnya tuntutan untuk hidup layak
secara manusiawi.
Untuk
keperluan itu, manusia perlu saling menolong dan mewujudkan hakikat
sosialitasnya. Manusia harus saling membantu dalam berbuat kebaikan dan amal
saleh, twrmasuk membimbing anak menjadi manusia yana mulia dan di muliakan
Allah. Upaya tolong menolong itu dilakukan dengan mendidikan lembaga pendidikan
nonformal, seperti langgar, surau, masjid dan organisasi kemasyarakatan dalam
mewujudkan kehidupan manusia sebagai makhluk Allah SWT.[18]
E.
Kosepsi Islam Tentang Alat
Pendidikan
Alat
pendidikan yaitu segala sesuatu yang digunakan oleh pelaksanaan kegiatan
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan islam. Pada garis besarnya ada dua
macam alat pendidikan, yaitu :
1.
Alat
fisik, berupa segala sesuatu perlengkapan pendidikan berupa sarana dan
fasilitas dalam bentuk kongkret seperti bangunan, alat-alat tulis dan baca, dan
sebagainya.
2.
Alat
nonfisik, berupa kurikulum, pendekatan, metode, dan tindakan, berupa hadiah dan
hukuman, serta uswatun khasanah atau contoh teladan yang baik dari pendidik.
Penggunaan alat sangat di pengaruhi oleh kondisi
objektif lembaga pendidikan tersebut, baik pada lembaga pendidikan formal,
informal maupun nonformal. Hal ini di perlukan kemampuan, kemahiran, dan
keterampilan, dari para pelaksana pendidikan islam, sehingga alat yang dimiliki
dapat berdaya dn berhasil guna dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan islam.
Sebagai contoh, seorang pendidik untuk menentukan
metode yang akan digunakan dalam proses pendidikan harus memerhatikan faktor-fator
beriut:
1.
Tujuan
yang akan di capai
2.
Kemampuan
peserta didik
3.
Situasi
yang terjadi
4.
Waktu
yang tersedia
5.
Perlengkapan
yang dimiliki
6.
Kemampuan
pendidik.
Alat-alat artinya perangkat atau
media yang digunakan dalam melaksanakan sesuatu. Jika di maksudkan dengan
alat-alat pendidikan itu berarti media yang di manfaatkan untuk pendidikan.
\secara umum, alat-alat pendidikan bukan hanya perangkat dalam bentuk benda,
tetapi ada yang sifatnya abstrak, misalnya metode pendidikan, pendekatan
pendidikan, teknik dan strategi pendidikan, dan pengelolaan kelas. Semua dapat
di kategorikan sebagai alat-alat pendidikan.
Alat pendidikan juga diaertikan
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai pendidikan. Dengan
demikian, metode pengajaran dapat diartikan sebagai alat pendidikan, yang
didalam nya terdapat cara dan strategi menyampaikan ajaran kepada anak didik.
Beberapa alat pendidikan yang sangat
penting dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Pendidik,
merupakan alat pendidikan, karena tanpa pendidik pendidikan tidak akan pernah
berjalan.
2. Lembaga
pendidikan, tempat dilaksanakannya pendidikan formal atau informal.
3. Anak didik,
sasaran pendidikan yang menjadi objek pendidik sekaligus pendidikan itu sendiri.
4. Sarana dan
prasarana pendidikan, yang membantu lancarnya proses pendidikan, terutama dalam
proses pembelajaran.
5. Perpustakaan,
yakni buku-buku yang memberikan informasi ilmu kepada para pendidik dan anak
didik.
6. Kecakapan
atau kompetensi pendidik untuk memberikan pengajaran yang profesional dan
sesuai dengan kapabilitasnya.
7. Metodologi
pendidikan dan pendekatan sistem pengajaran yang digunakan, misalnya dengan
metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, penugasan, atau pengajaran dengan pola
rekreatif.
8. Managemen
pendidikan yang mengolah pelaksanaan pendidikan merupakan alat yang paling
penting dalam pendidikan, seperti pengaturan jadwal mata pelajaran, penempatan
pendidik dalam mata pelajaran tertentu, pengaturan lama mengajar, pemenuhan
gaji atau honor pendidik, penentuan rapat-rapat pendidik dan sebagainya.
9. Strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan belajar siswa dalam lembaga pendidikan
tertentu karena setiap lembaga memiliki visi dan misi serta maksud dan tujuan
yang berberda-beda.
10. Evaluasi
pendidikan dan evaluasi belajar.
Alat –alat bantu pendidikan dapat berupa perkembangan teknik pembelajaran,
misalnya:
1. Mengajar
dengan teknik kuis, sehingga anak didik bersaing dalam menjawab pertanyaan
pendidik.
2. Pertanyaan
lisan di kelas.
3. Tugas
individu
4. Tugas kelompok
5. Ulangan
semester
6. Ulangan
kenaikan
7. Laporan
kerja praktil lapangan
8. Response
atau ujian praktik yang di pakai untuk mata pelajaran yang ada pelajaran
praktikumnya. Seperti kimia, biologi, fisika, dan bahasa.
Hakikat
alat-alat pendidikan diatas merupakan subsistem dari pendidikan. Oleh karena
itu, alat-alat pendidikan dimulai dari tujuan pendidikan itu dirumuskan.
Apabila tujuan pendidikan telah disepakati, semua alat pendidikan harus
tersedia agar memudahkan pelaksanaan semua unsur yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan yang diharapkan.[19]
Konsep dasar
faktor atau komponen pendidikan yang telah dijelaskan diatas, berinteraksi
secara berkesinambungan dan saling melengkapi dalam sebuah proses pendidikan
guna mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan pada hakikatnya adalah
interaksi komponen tertentu dalam sebuah proses pencarian, pembentukan, dan
pengembangan sikap, serta perilaku anak didik hingga mencapai batas optimal.[20]
1.
Tingkah
Laku Perbuatan Atau Teladan
Tingkah laku perbuatan rosulullah
SAW. Merupakan suatu contoh baik, sebagaiman Allah SWT berfirman dalam surah
Al-Ahzab ayat 21 :
Artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada diri
Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang
mengharapkan ( rahmat ) Allah dan (
keselamatan ) hari kiamat dan banyak menyebut ( mengingat ) Allah.” (Al-Ahzab :
21).
Nabi Muhammad SAW. Sendiri telah
memberikan contoh melaksanakan sembahyang sebagaiman dalam sebuah hadits
Artinya :
“Sembahyanglah kamu seperti
sembahyang yang saya kerjakan ini.” ( Al-Hadits ).
Dengan contoh dan tingkah laku
perbuatan tersebut, timbulkan gejala identifikasi yaitu penyaman diri dengan
orang yang ditiru. Hal ini sangat penting dalam pembentukkan kepribadian anak
didik.
2.
Anjuran
Atau Perintah
Seorang
muslim diberi oleh Allah tugas dan tanggungjawab melaksanakan peserta didikan “amar ma’ruf nahi munkar”. Amar ma’ruf nahi
munkar merupakanalat/media dalam pendidikan. perintah adalah suatu
keharusan untuk berbuat dan melaksanakan sesuatu.suatu perintah akan mudah
ditaati oleh peserta didik jika pendidik sendiri menaati peraturan-peraturan,
atau apa pun yang dilakukan si pendidik sudah dimilki atau menjadi pedoman pula
bagi hidup si pendidik
3.
Larangan
Larangan adalah suatu usaha yang tegas menghentikan
perbuatan-perbuatan yang ternyata salah dan merugikan yang bersangkutan.
Larangan ini merupakan suatu keharusan untuk tidak melakukan suatu perbuatan.
Misalnya larangan mempersrkutukan Allah, berlaku sombong dan sebaginya. Seperti
firman Allah dalm Surat An-Nisa Ayat 29.
Yang
artinya :
“wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
makan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan perdagangan
berdasarkan suka sama suka antara kamu” (Q.S. An-Nisa : 29).[21]
4.
Hukuman
Setelah larangan diberikan ternyata masih adanya
pelanggaran yang dilakukan, tibalah waktunya memberikan hukuman. Ini umumnya
membawa hal-hal yang tidak menyenangkan, yang biasanya tidak diinginkan. Hukuman
ini agar yang bersangkutan jera, dan tidak melakukan perbuatan yang terlarang
itu. Sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-Mu’min ayat 60.
Yang
artinya :
“sesungguhnya
mereka menyombongkan dirinya dari menyembah aku, akan masuk kedalam neraka
jahanam dengan hina dina (Q.S. Al-Mu’min : 60)”.[22]
F.
Analisis Konsep
Menurut saya pendidik adalh orang
dewasa yang bertanggung jawab member bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani atau rohani agar mencapai kedewasaannya.
Tugas pendidik yaitu :
1.
Sebagai
pengajar (instruksional) yang merencanakan program pengajaran dan melaksanakan
program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian.
2.
Sebagai
pendidik (educator) yang merahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan.
3.
Sebagai
pimpinan (managerial) yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri, peserta
didik dan masyarakat yang terkait terhadap berbagai masalah yang menyangkut
upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi
atas program pendidik yang dilakukan.
Tanggung
Jawab Pendidik :
1.
Mendidik
individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syariatnya.
2.
Mendidik
diri supaya beramal sholeh.
3.
Mendidik
masyarakat untuk saling menasehati.
Menurut saya faktor-faktor
pendidikan yang paling utama yaitu dari segi pendidikan nya. Karena, dalam
pendidikan islam peranan seorang pendidik sangatlah penting. Karena seorang
pendidik dianggap sebagai seorang suri tauladan yang baik. Jika perbuatan
seorang pendidik nya baik maka peserta didik nya akan menjadi baik pula. Namun
sebaliknya, jika pendidik nya melakukan perbuatan yang buruk maka otomatis
peserta didik nya akan mengikuti perbuatan buruk tersebut. Karena guru itu “ di
gugu dan di tiru oleh peserta didik”.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam melaksanakan pendidikan islam, peranan
pendidik sangat penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang
bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya
islam sangat menghargai dan menghormati prang-orang yang berilmu pengetahuan
yang bertugas sebagai pendidik, karena memiliki ilmu pengetahuan untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Pendidik mempunyai tugas yang
mulia,sehingga islam memangdang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi
daripada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang bukan pendidik.
Anak didik, dalam pendidikan islam, adalah anak yang
sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai
tujuan pendidiknya. Ia adalah orang yang belum dewasa dan sedang dalam masa
perkembangan menuju kedewasaannya masing-masing.
Lingkungan merupakan salah satu faktor prndidikan
yang ikut serta menentukan corak pendidikan islam, yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap peserta didik. Lingkungan yang dimaksud disini ialah
lingkungan yang beupa keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak
Alat –alat bantu pendidikan dapat
berupa perkembangan teknik pembelajaran, misalnya:Mengajar dengan teknik kuis,
sehingga anak didik bersaing dalam menjawab pertanyaan pendidik,Pertanyaan
lisan di kelas,Tugas individu, Tugas kelompok, Ulangan semester, Ulangan
kenaikan, Laporan kerja praktil lapangan, Response atau ujian praktik yang di
pakai untuk mata pelajaran yang ada pelajaran praktikumnya. Seperti kimia,
biologi, fisika, dan bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Dra.
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi
Aksara. Jakarta. 2012
Hasan
Basri, M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam.
Pustaka Setia. Bandung
Dr. H.
Mahmud, M.Si. Pemikiran Pendidikan Islam.
CV. Pustaka Setia. Bndung.
Hadari
Nawawi. Pendidikan Dalam Islam. Al-Ikhlas.
Surabaya. 1993
Q.S
Al-Hujarat:13
Q.S
Azzariyat : 56 dan Q.S Al-Imran : 102.
Muhamad
Jawwad Ridha. Tiga Aliran Utama dari
Teori Pendidikan Islam. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2002
Q.S.
An-Nisa:29
Q.S.
Al-Mu’min : 60
[1] Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara.
Jakarta. 2012. Cet.6. Hlm167-169
[2] Ibid.,hlm.169-170
[3] Hasan Basri, M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka
Setia. Bandung. 2009. Hlm 57
[5] Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. Pemikiran Pendidikan Islam. CV. Pustaka
Setia. Bndung. 2011. Cet-1. Hlm.125
[6] Hadari Nawawi. Pendidikan Dalam Islam. Al-Ikhlas.
Surabaya. 1993. Hlm. 144-119
[7] Dra. Zuhairini,dkk. Op.cit. hlm.
171
[8] Prof. Dr. H. Mahmud, M.S. op. cit.
Hlm. 110-111
[9] Q.S Al-Hujarat:13
[10] Q.S Azzariyat : 56 dan Q.S
Al-Imran : 102.
[11] Muhamad Jawwad Ridha. Tiga Aliran Utama dari Teori Pendidikan
Islam. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2002. hlm. 159.
[12] Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 2012.Cet, 6. Hlm.
176-178.
[13] Prof. Dr. H. Mahmud. M. Si. op.
cit., Hlm 185
[14] Hadari Nawawi. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya.
Al-Iklas. 1993. Hlm. 194
[15] Hadari Nawawi. Op. cit., Hlm.
195-203
[16] Prof. Dr. H. Mahmud. M. Si. op.
cit., Hlm. 186
[17] Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara.
Jakarta. 2012. Cet.6. Hlm. 180
[18] Hadari Nawawi. Op. Cit., Hlm. 184
[19] Drs. Hasan Basri, M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka
Setia. Bandung. 2009. Hlm. 138-140
[20] Prof. Dr. H. Maahmud, M.Si. Hlm.
111
[21] Q.S. An-Nisa:29
[22] Q.S. Al-Mu’min : 60
0 komentar:
Posting Komentar