Minggu, 24 April 2016

Filsafat Pendidikan

Edit Posted by with No comments

Tugas UAS
KONSEPSI ISLAM MENGENAI
FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen : Drs.H.Septuri,M.Ag.
Di Susun Oleh :
Shela Rekkapuri
1511010364
Kelas : G
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
 RADEN INTAN LAMPUNG
2015/2016


KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya  di beri kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.  Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Septuri, M.Ag.Selaku dosen mata kuliah  “Filsafat Pendidikan Islam” yang telah memberikan bimbingan bagaimana cara agar kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai tuntunan. Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Konsepsi Islam Mengenai Faktor-Faktor Pendidikan” .
Namun  tidak lepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, isi dan segi lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran  yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya bagi mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. Terimakasih.
Wassalammu’alaikum warahmatullahhi wabarakatuh                           
                                                                                                   
Bandar Lampung, 26  November 2015

Shela Rekkapuri








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN           
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN                       
A. Konsepsi Islam Tentang Pendidikan................................................................ 2
B. Konsepsi Islam Tentang Anak.......................................................................... 4
C. Konsepsi Islam Tentang Lingkungan............................................................... 7
D. Konsepsi Islam Tentang Lembaga Pendidikan................................................ 9
    1. Keluarga........................................................................................................ 9
    2. Sekolah.......................................................................................................... 10
    3. Masyarakat.................................................................................................... 11
E. Konsepsi Islam Tentang Alat Pendidikan........................................................ 12
    1. Perbuatan Tingkah Laku Atau Teladan......................................................... 14
    2. Anjuran Atau Perintah.................................................................................. 15
    3. Larangan........................................................................................................ 15
    4. Hukuman....................................................................................................... 15
F. Analisis Konsep................................................................................................ 16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA                                       


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam prespektif pendidikan, secara umum anak didik adalah setiap orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam arti sempit dan khusus, anak didik dapat di artikan sebagai anak yangh belum dewasa yang tanggung jawabnya diserahkan pada pendidik. Dengan demikian, anak didik dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama, orang belum dewasa. Kedua, orang yang menjadi tanggung jawab pendidik.
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga ini lah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini anak akan lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya
Diselenggarakannya pendidikan disekolah disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan masyarakat yang pesat sehinga menimbulkan diferensiasi spesialisasi yang meluas. Kondisi masyarakat menuntut anak untuk mempersiapkan diri secara baik, agar ia memasuki kehidupan yang lebih baik. Dengan berbagai spesialisasi lapangan kerja, yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian kerja yang professional.
B.     Rumsan Masalah
1.      Bagaimana konsepsi islam mengenai faktor-faktor pendidikan ?
2.      Bagaimana konsepsi islam tentang anak?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan ?
4.      Lembaga apa saja yang ada dalam pendidikan ?
5.      Apa saja alat-alat pendidikan?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsepsi Islam Tentang Pendidikan
Dalam melaksanakan pendidikan islam, peranan pendidik sangat penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya islam sangat menghargai dan menghormati prang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik, karena memiliki ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Pendidik mempunyai tugas yang mulia,sehingga islam memangdang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang bukan pendidik. Tetapi disamping itu orang-orang tang berilmu tidak boleh meyembunyikan atau menyimpan ilmu-ilmu yang di milikinya itu untuk dirinya sendiri, melainkan memberikan dan menolong orang lain yang tidak berilmu sehingga menjadi berilmu (pandai).
Penghormatan dan penghargaan islam terhadap orang-orang yang berilmu itu terbukti di dalam Al-Quran Surat Al-Mujadalah ayat 11.
Yang artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…… (Q.S. Al-Mujadalah : 11)[1]
Tetapi orang-orang yang berilmu yang tidak mengajarkan atau menyampaikan ilmunya kepada orang lain akan mendapat ancaman berat sebagaimana di lukiskan dalam hadis nabi Muhamad SAW.
Yang artinya : “ barang siapa yang diajari suatu ilmu lalu dia menyembunyikannya, maka Allah mengekangnya pada hari kiamat dengan kekangan api neraka”.
Al- Qalqasyandi seorang pendidik islam pada zaman Khalifah Fatimiyah dari Mesir mengajukan beberapa syarat bagi seorang pendidik islam sebagai berikut : [2]
a.       Syarat fisik, meliputi :
1.      Bagus badannya
2.      Manis muka / berseri-seri
3.      Lebar dahinya
4.      Dahinya terbuka dari rambutnya (bersih)
b.      Syarat-syarat psikis, meliputi :
1.      Berakal (sehat akalnya)
2.      Tajam pemahamannya
3.      Hatinya beradap
4.      Adil
5.      Bersifat perwira
6.      Lurus dada
7.      Bila berbicara artinya lebih dahulu terbayang dalam hatinya
8.      Perkataannya jelas, mudah dipahami dan berhubungan satu dengan  yang lain
9.      Memlih perkataan-perkataan yang muia dan baik
10.  Menjauhi sesuatu yang membawa kepada perkataan yang tak jelas.
Dengan pendapat diatas, menunjukan betapa beratnya tugas pendidik itu menurut pandangan islam. Persyaratan tersebut tidak lain bertujuan agar para pendidik dalam memberikan pendidik kepada anak-anak didiknya tidak merugikan pertumbuhan jiwa peseta didik dan merugikan agama. Secara tidak langsung hal tersebut dapat dimengerti bahwa para pendidik mempunyai pengaruh yang besar terhadap anak didiknya dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Pendidik disebut juga dengan guru,merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadirannya dalam pendidikan, sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figure guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah.[3]
Al-Ghazali dengan dalil Aqlinya mengatakan bahwa menjadi pendidk sangatlah penting. Ia berkata, “Mulia dan tidaknya pekerjaan itu diukur dengan apa yang di kerjakan. Tukang emas lebih mulia daripada penyamak kulit karena tukang emas mengolah satu logam yang amat mulia, dan penyamak mengolah kulit kerbau mati.” Guru mengolah manusia yang di anggap makhluk paling mulia dari seluruh makhluk Allah. Oleh karena itu, dan dengan sendirinya, pekerjaannya amat mulia karena mengolah manusia tersebut. Bukan itu saja keutamaannya, guru mengolah bagian yang mulia di antara anggota-anggota manusia, yaitu akal dan jiwa dalam rangka menyempurnakan, memurnikan dan membawanya mendekati Allah semata.[4]
B.     Konsepsi Islam Tentang Anak
Anak didik, dalam pendidikan islam, adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidiknya. Ia adalah orang yang belum dewasa dan sedang dalam masa perkembangan menuju kedewasaannya masing-masing.[5]
Pada kelahirannya, tampak dengan jelas beberapa fakta yang mengharuskan seorang anak mendapat pendidikan. Fakta-fakta tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Setiap anak lahir dalam keadaan tidak berdaya. Anak baru lahir fisik dan psikisnya belum berfungsi secara optimal sebagaimana orang ewasa pada umumnya. Tidak satupun perbuatan yang dapat dilakukannya untuk melindungi dirinya, selain menangis, bahkan hidup atau matinya pun bergantung pada perlindungan dan pemeliharaan orang lain, terutama kedua orangtuanya.
2.      Setiap anak tidak boleh dibiarkan tidak dewasa. Kedewasaan merupakan syarat mutlak dalam kehidupan manusia. Untuk itu, setiap anak harus menjadi dewasa agar dapat menjalani hidup dan kehidupan bersama manusia dewasa lainnya secara manusiawi.
3.      Setiap anak hidup dalam masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda. Setiap anak tidak dengan sendirinya berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kebudayaan tertentu. Bagi umat islam, setiap anak didik harus menjadi besar dan berkembang dalam bimbingan, pengaruh, dan dan pengarahan masyarakat dan kebudayaan islam.
Dalam prespektif pendidikan, secara umum anak didik adalah setiap orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam arti sempit dan khusus, anak didik dapat di artikan sebagai anak yangh belum dewasa yang tanggung jawabnya diserahkan pada pendidik. Dengan demikian, anak didik dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama, orang belum dewasa. Kedua, orang yang menjadi tanggung jawab pendidik.
Dalam pendidikan islam, anak didik merupakan satu komponen yang sangat penting karena tanpa ada komponen tersebut, tidak ada pendidikan. Oleh karena itu, komponen anak didik tidk dapat di ganti dengan faktor-faktor yang lain karena ia merupakan objek dan subjek pertama dari pendidikan.[6]
Anak didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran islam, saat anak di lahirkan dalam keadaan lemah dan suci/ fitrah sedangkan alam sekitarnya akan member crak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhamad SAW
 “tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa ftrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi. (H.R.Muslim).
Demikian pula dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30
Yang artinya : “hadapkanlah wajahmu dengan lurus keapada agama Allah. Tetapkanlah epada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S.Ar-Rum:30).” [7]
Dari ayat dan hadis tersebut telah jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para pendidiknya dalam mengembangkanfitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya.
Disini juga jelas bagaimana pentingnya peranan orangtua untuk menanamkan pandangan hidup keagamaan terhadap anak didiknya. Agama anak didik yang akan di anut semata-mata bergantung pada pengaruh orangtua dan alam sekitarnya. Dasra-dasar pendidkan agama ini harus sudah di tanamkan sejak anak didik itu masih muda, karena kalau tidak demikian halnya kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencpai tujuan pendidikan islam yang diberikan pada masa dewasa.
Karena itu Al-Quran telah menjelaskan bagaimana Liqman sebagai orangtua telah menanamkan pendidikan agama kepada anaknya seperti disebutkan dalam surat Luqman ayat 13.
Yang artinya : “dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah nyata-nyata kezaliman yang besar” . (Q.S.Luqman :13).
Bagi kehidupan beragama adalah leih penting lagi, karena menurut ahli psikologi, juga ahli agama, pemuda pada masa itu mengalami kesangsian, keragi-raguan. Mereka memang mau tak mau cenderung kepada hal-hal ketuhanan. Mereka mencari kepercayaan, bahkan kepercayaan yang telah tertanamkan mengalami goncangan.
Jika keadaan dan kondisi batin dalam masa pubertas ini tidak mendapatkan bimbingan dan petunjuk yang sesuai dengan akal mereka, dan kalau alam sekitar mereka menunjukkan pula goncangan keyakinan atau kepalsuan ibadah, benarlah kemunginan mereka tidak mendapatkan apa yang di carinya (kebenaran dan keluhuran Allah, keyakinan dan ketaatan). Benih agama yang telah tumbuh kemungkinan juga membuat sengsara dalan hidupnya, kepercayaan yang telah ada bisa menjadi pasif atau lenyap sama sekali. Jiwa yang terisi agama menjadi kosong. Sebaliknya jiwa yang kosong, yang tak pernah mendapat siraman agama, dapat tumbuh subur jika pada masa pubertas ini pendidikan ini agama di tanamkan kepadanya. Masa ini adalah mas untuk beralih kepada keinsyafan dan keyakinan abadi.
Dengan demikian, maka agar pendidikan islam dapat berhasl dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak didik, seperti disebutka dalam hadis nabi
“berbicaralah oranglain sesuai dengan tingkat perkembangan akalnya. (Al-Hadis)
C.  Konsepsi Islam Tentang Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor prndidikan yang ikut serta menentukan corak pendidikan islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap peserta didik. Lingkungan yang dimaksud disini ialah lingkungan yang beupa keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak.
Untuk pelaksanaan pendidikan islam didalam lingkungan ini perlu kiranya diperhatikan faktor-faktor yang ada di dalamnya sebagai berikut :
a.    Perbedaan Lingkungan Keagaaman
Proses pendidkan selalu dipengaruhi oleh lingkungan yang ada disekitarnya, baik lingkungan itu menunjang maupun menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan yang memengaruhi proses pendidikan tersebut, yaiti :
1.      Lingkungan social, terdiri atas
o   Lingkunag keluarga
o   Lingkungan sekolah/lembaga pendidikan
o   Lingkungan masyarakat.
2.      Lingkungan keagamaan, yaitu nilai-nilai agama yang hidup dan berkembang di sekitar lembaga pendidikan.
3.      Lingkungan budaya, yaitu nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang disekitar lembaga pendidikan.
4.      Lingkungan alam, baik keadaan iklim maupun geografisnya.[8]
Yang dimaksud dengan lingkungan inilah lingkungan alam sekitar dimana anak didik berada, yang mempunyai pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya. Lingkungan ini besar sekali peranannya terhadap keberhasilan atau tidaknya pendidikan agama, karena lingkungan ini memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perkembangan anak didik. Yang di maksud dengan pengaruh positif ialah pengaruh lingkungan yang member dorongan atau motivasi serta rangsangan terhadap terhadap anak didik untuk berbuat atau melakukan segala sesuatu yang baik sedangkan pengaruh yang negatif ialah sebaliknya, yang berarti tidak memberi dorongan terhadap anak didik untuk menuju kea rah yang baik.
Hal yang demikian ini sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Quran surat Al-Hujaratayat 13.
Yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang-orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi amat waspada. (Q.S. Al-Hujarat:13)[9]
Adapun lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a)      Lingkungan yang acuh tak acuh dengan agama,
b)      Lingkungan yang berpegang teguh kepad tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan batin,
c)      Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.
2.      Latar Belakang Pengalaman anak tentang Keagamaan
Salah satu tugas bagi seorang pendidik ialah menyiapkan anak agar dapat mencapai tujuan hidup nya yang utama, yaitu menyiapkan diri untuk masa yang akan datang. Tujuan pendidikan islam tidak terlepasdari tujuan hidup manusia dalam islam , yaitu menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia didunia dan akhirat.[10]  Dan menolong tan dan nasib spiritualnya, melalui ilmu pengetahuan yang benar dan tingkah laku yang baik.
Aktifitas belajar mengajar tiada lain hanyalah pengkapan potensi-potensi agar menjadi kenyataan.jika hal ini dikaitkan dengan al-alim, maka di sebut ta’lim (mengajar) sedangkan jika dikaitkan dengan al-muta’lim (pelajar)maka disebut ta’allum (belajar).[11]
b.      Latar Belakang Pengenalan Anak Tentang Keagamaan
Disamping pengaruh perbedaan lingkungan anak dari kehidupan agama, maka timbul suatu masalah yang ingin diketahui anak tentang seluk beluk agama, seperti anak menanyakan tentang siapa Tuhan itu, dimana letak surge dan neraka itu, siapa yang membuat ala mini dan sebagainya.
Masalah-masalah tersebut perlu mendapat perhatian sepenuhnya daripada pendidikan (orangtua dan guru agama). Untuk memecahkan masalah ini perlu mengadakan pendekatan terhadap anak didik untuk member penjelasan dan membawanya agar anak didik menyadari dan melaksanakan apa yang di perhatikan dan dilarang agama, serta mengerjakan hal-hal yang baik dan beramal saleh.
D.  Konsepsi Islam Tentang Lembaga Pendidikan
Secara garis besar lembaga-lembaga pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
1.    Keluarga
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga ini lah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini anak akan lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tuanya dan anggota yang lainnya). Dalam ajaran islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sabdanya
Yang artinya:
Setiap anak dilahirkan ke dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanya lah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi, atau Nasrani.
Berdasarkan hadits tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidik nya.
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang kelak diminta pertanggung jawaban atas pendidikan ank-anaknya.di jelaskan dalam hadits Rasululloh SAW.[12]
Yang artinya : Ajarilah anak-anakmu berenang,dan memanah.  ( H.R.Zailani ).

2.      Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga, karena makin besar kebutuhan anka, maka orang tua menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada bagian lembaga sekolahan. Sekolah ini berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah memberika pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di keluarga.
Diselenggarakannya pendidikan disekolah disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan masyarakat yang pesat sehinga menimbulkan diferensiasi spesialisasi yang meluas. Kondisi masyarakat menuntut anak untuk mempersiapkan diri secara baik, agar ia memasuki kehidupan yang lebih baik. Dengan berbagai spesialisasi lapangan kerja, yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian kerja yang professional.[13]
Dalam keadaan tersebut keluarga tidak mampu lagi memberikan pendidikan kepada anak sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat tersebut. Oleh karena itu, di selenggarakanlah lembaga pendidikan yang teratur, yaitu lembaga pendidikan sekolah. Kegiatan lembaga pendidikan sekolah, atau sering disebut dengan lembaga pendidikan formal, diselenggarakan secara sengaja, berencana dan sistematis dalam rangka membantu anak didik mengembangkan potensinya masing-masing.[14]
Pembinaan yang dilakukan oleh sekolah dan tanggung jawab yang di pikulnya dapat di identifikasi sebagai berikut :
1.      Meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah di letakkan oleh orangtua dirumah dan lingkungan social.
2.      Meluruskan dan mengarahkan dasar-dasar pendidikan yang kurang baik menurut teori pendidikan untuk mencegah kerugian yang mungkin timbul karena kesalahan pendidikan awal atau kesalahan lingkungan yang tidak terkontrol.
3.      Meletakkan dasar-dasar ilmiah dan keterampilan untuk di kembangkan selanjutnya.
4.      Mempersiapkan anak didik dengan pengetahuan dasar yang memungkinkan anak dapat menghadapi lingkungannya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dan memulai penghidupannya sesuai dengan kemampuan dan kemudahan yang tersedia di lingkungan masing-masing.[15]
Untuk mencapai semua itu, sangat penting bagi umat islam memasukan anak-anaknya ke madrash, pesantren dan perguruan tinggi berciri islam, atau sekurang-kurangnya ikut mendukung secara moral dan materil dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan tersebut. Sebab, dari lembaga pendidikan itulah, diharapakn akan lahir manusia dewasa yang karena iman dan ilmunya akan menjadi manusia pengabdi kepada kemanusiaan (masyarakat islam) dan mengabdi kepada agama islam.[16]

3.      Masyarakat
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat ikut langsung dalam pendidikan tersebut. Di dalam masyarakta terdapat beberapa perkumpulan atau organisasi seperti : organisasi pemuda ( KNPI, Karang Taruna),organisasi kesenian ( sanggar tari, perkumoulan musik ), Pramuka, Olahraga, Keagamaan, dll.
Oleh karena itu bagi anak-anak didik islam, sudah sewajar mereka masuk ke lembaga-lembaga pendidikan masyarakat yang berdasarkan ajaran islam. Karena lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat membantu pendidikan dalam usaha membentuk pendidikan seperti : membentuk sikap, kesusilaan, dan menambahkan ilmu pengetahuan dari luar sekolah dan keluarga.[17]
Memang dalam bebrapa hal di benarkan mereka masuk dalam organisasi-organisasi yang bukan berdasarkan islam, seperti : kesenian, olahraga, hanya saja yang bdemikian itu harus dijaga dan dipelihara pengarug-pengaruh yang bersifat negatihf atau menjauhkan diri dari nilai-nilai ajaran islam. Manusia sebagai makhluk social hidup di dalam suatu masyarakat yang bersifat dinamis dan berkembang kearah kemajuan. Perkembangan tersebut menyebabkan masyarakat menjadi semakin kompleks, yang berakibat pada semakin besarnya tuntutan untuk hidup layak secara manusiawi.
Untuk keperluan itu, manusia perlu saling menolong dan mewujudkan hakikat sosialitasnya. Manusia harus saling membantu dalam berbuat kebaikan dan amal saleh, twrmasuk membimbing anak menjadi manusia yana mulia dan di muliakan Allah. Upaya tolong menolong itu dilakukan dengan mendidikan lembaga pendidikan nonformal, seperti langgar, surau, masjid dan organisasi kemasyarakatan dalam mewujudkan kehidupan manusia sebagai makhluk Allah SWT.[18]

E.  Kosepsi Islam Tentang Alat Pendidikan
Alat pendidikan yaitu segala sesuatu yang digunakan oleh pelaksanaan kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan islam. Pada garis besarnya ada dua macam alat pendidikan, yaitu :
1.      Alat fisik, berupa segala sesuatu perlengkapan pendidikan berupa sarana dan fasilitas dalam bentuk kongkret seperti bangunan, alat-alat tulis dan baca, dan sebagainya.
2.      Alat nonfisik, berupa kurikulum, pendekatan, metode, dan tindakan, berupa hadiah dan hukuman, serta uswatun khasanah atau contoh teladan yang baik dari pendidik.
Penggunaan alat sangat di pengaruhi oleh kondisi objektif lembaga pendidikan tersebut, baik pada lembaga pendidikan formal, informal maupun nonformal. Hal ini di perlukan kemampuan, kemahiran, dan keterampilan, dari para pelaksana pendidikan islam, sehingga alat yang dimiliki dapat berdaya dn berhasil guna dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan islam.
Sebagai contoh, seorang pendidik untuk menentukan metode yang akan digunakan dalam proses pendidikan harus memerhatikan faktor-fator beriut:
1.      Tujuan yang akan di capai
2.      Kemampuan peserta didik
3.      Situasi yang terjadi
4.      Waktu yang tersedia
5.      Perlengkapan yang dimiliki
6.      Kemampuan pendidik.
Alat-alat artinya perangkat atau media yang digunakan dalam melaksanakan sesuatu. Jika di maksudkan dengan alat-alat pendidikan itu berarti media yang di manfaatkan untuk pendidikan. \secara umum, alat-alat pendidikan bukan hanya perangkat dalam bentuk benda, tetapi ada yang sifatnya abstrak, misalnya metode pendidikan, pendekatan pendidikan, teknik dan strategi pendidikan, dan pengelolaan kelas. Semua dapat di kategorikan sebagai alat-alat pendidikan.
Alat pendidikan juga diaertikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai pendidikan. Dengan demikian, metode pengajaran dapat diartikan sebagai alat pendidikan, yang didalam nya terdapat cara dan strategi menyampaikan ajaran kepada anak didik.
Beberapa alat pendidikan yang sangat penting dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Pendidik, merupakan alat pendidikan, karena tanpa pendidik pendidikan tidak akan pernah berjalan.
2.      Lembaga pendidikan, tempat dilaksanakannya pendidikan formal atau informal.
3.      Anak didik, sasaran pendidikan yang menjadi objek pendidik sekaligus pendidikan itu sendiri.
4.      Sarana dan prasarana pendidikan, yang membantu lancarnya proses pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran.
5.      Perpustakaan, yakni buku-buku yang memberikan informasi ilmu kepada para pendidik dan anak didik.
6.      Kecakapan atau kompetensi pendidik untuk memberikan pengajaran yang profesional dan sesuai dengan kapabilitasnya.
7.      Metodologi pendidikan dan pendekatan sistem pengajaran yang digunakan, misalnya dengan metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, penugasan, atau pengajaran dengan pola rekreatif.
8.      Managemen pendidikan yang mengolah pelaksanaan pendidikan merupakan alat yang paling penting dalam pendidikan, seperti pengaturan jadwal mata pelajaran, penempatan pendidik dalam mata pelajaran tertentu, pengaturan lama mengajar, pemenuhan gaji atau honor pendidik, penentuan rapat-rapat pendidik dan sebagainya.
9.      Strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan belajar siswa dalam lembaga pendidikan tertentu karena setiap lembaga memiliki visi dan misi serta maksud dan tujuan yang berberda-beda.
10.  Evaluasi pendidikan dan evaluasi belajar.
Alat –alat bantu pendidikan dapat berupa perkembangan teknik pembelajaran, misalnya:
1.      Mengajar dengan teknik kuis, sehingga anak didik bersaing dalam menjawab pertanyaan pendidik.
2.      Pertanyaan lisan di kelas.
3.      Tugas individu
4.      Tugas kelompok
5.      Ulangan semester
6.      Ulangan kenaikan
7.      Laporan kerja praktil lapangan
8.      Response atau ujian praktik yang di pakai untuk mata pelajaran yang ada pelajaran praktikumnya. Seperti kimia, biologi, fisika, dan bahasa.
Hakikat alat-alat pendidikan diatas merupakan subsistem dari pendidikan. Oleh karena itu, alat-alat pendidikan dimulai dari tujuan pendidikan itu dirumuskan. Apabila tujuan pendidikan telah disepakati, semua alat pendidikan harus tersedia agar memudahkan pelaksanaan semua unsur yang berkaitan dengan pencapaian tujuan yang diharapkan.[19]
 Konsep dasar faktor atau komponen pendidikan yang telah dijelaskan diatas, berinteraksi secara berkesinambungan dan saling melengkapi dalam sebuah proses pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan pada hakikatnya adalah interaksi komponen tertentu dalam sebuah proses pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap, serta perilaku anak didik hingga mencapai batas optimal.[20]
1.      Tingkah Laku Perbuatan Atau Teladan
Tingkah laku perbuatan rosulullah SAW. Merupakan suatu contoh baik, sebagaiman Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 21 :
Artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan  ( rahmat ) Allah dan ( keselamatan ) hari kiamat dan banyak menyebut ( mengingat ) Allah.” (Al-Ahzab : 21).
Nabi Muhammad SAW. Sendiri telah memberikan contoh melaksanakan sembahyang sebagaiman dalam sebuah hadits
Artinya :
“Sembahyanglah kamu seperti sembahyang yang saya kerjakan ini.” ( Al-Hadits ).
Dengan contoh dan tingkah laku perbuatan tersebut, timbulkan gejala identifikasi yaitu penyaman diri dengan orang yang ditiru. Hal ini sangat penting dalam pembentukkan kepribadian anak didik.
2.      Anjuran Atau Perintah
Seorang muslim diberi oleh Allah tugas dan tanggungjawab melaksanakan peserta didikan “amar ma’ruf nahi munkar”. Amar ma’ruf nahi munkar merupakanalat/media dalam pendidikan. perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat dan melaksanakan sesuatu.suatu perintah akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik sendiri menaati peraturan-peraturan, atau apa pun yang dilakukan si pendidik sudah dimilki atau menjadi pedoman pula bagi hidup si pendidik
3.      Larangan
Larangan adalah suatu usaha yang tegas menghentikan perbuatan-perbuatan yang ternyata salah dan merugikan yang bersangkutan. Larangan ini merupakan suatu keharusan untuk tidak melakukan suatu perbuatan. Misalnya larangan mempersrkutukan Allah, berlaku sombong dan sebaginya. Seperti firman Allah dalm Surat An-Nisa Ayat 29.
Yang artinya :
“wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan perdagangan berdasarkan suka sama suka antara kamu” (Q.S. An-Nisa : 29).[21]
4.      Hukuman
Setelah larangan diberikan ternyata masih adanya pelanggaran yang dilakukan, tibalah waktunya memberikan hukuman. Ini umumnya membawa hal-hal yang tidak menyenangkan, yang biasanya tidak diinginkan. Hukuman ini agar yang bersangkutan jera, dan tidak melakukan perbuatan yang terlarang itu. Sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-Mu’min ayat 60.
Yang artinya :
“sesungguhnya mereka menyombongkan dirinya dari menyembah aku, akan masuk kedalam neraka jahanam dengan hina dina (Q.S. Al-Mu’min : 60)”.[22]
F.     Analisis Konsep
Menurut saya pendidik adalh orang dewasa yang bertanggung jawab member bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani atau rohani agar mencapai kedewasaannya.
Tugas pendidik yaitu :
1.      Sebagai pengajar (instruksional) yang merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian.
2.      Sebagai pendidik (educator) yang merahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan.
3.      Sebagai pimpinan (managerial) yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidik yang dilakukan.
Tanggung Jawab Pendidik :
1.      Mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syariatnya.
2.      Mendidik diri supaya beramal sholeh.
3.      Mendidik masyarakat untuk saling menasehati.
Menurut saya faktor-faktor pendidikan yang paling utama yaitu dari segi pendidikan nya. Karena, dalam pendidikan islam peranan seorang pendidik sangatlah penting. Karena seorang pendidik dianggap sebagai seorang suri tauladan yang baik. Jika perbuatan seorang pendidik nya baik maka peserta didik nya akan menjadi baik pula. Namun sebaliknya, jika pendidik nya melakukan perbuatan yang buruk maka otomatis peserta didik nya akan mengikuti perbuatan buruk tersebut. Karena guru itu “ di gugu dan di tiru oleh peserta didik”.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam melaksanakan pendidikan islam, peranan pendidik sangat penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya islam sangat menghargai dan menghormati prang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik, karena memiliki ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Pendidik mempunyai tugas yang mulia,sehingga islam memangdang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang bukan pendidik.
Anak didik, dalam pendidikan islam, adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidiknya. Ia adalah orang yang belum dewasa dan sedang dalam masa perkembangan menuju kedewasaannya masing-masing.
Lingkungan merupakan salah satu faktor prndidikan yang ikut serta menentukan corak pendidikan islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap peserta didik. Lingkungan yang dimaksud disini ialah lingkungan yang beupa keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak
Alat –alat bantu pendidikan dapat berupa perkembangan teknik pembelajaran, misalnya:Mengajar dengan teknik kuis, sehingga anak didik bersaing dalam menjawab pertanyaan pendidik,Pertanyaan lisan di kelas,Tugas individu, Tugas kelompok, Ulangan semester, Ulangan kenaikan, Laporan kerja praktil lapangan, Response atau ujian praktik yang di pakai untuk mata pelajaran yang ada pelajaran praktikumnya. Seperti kimia, biologi, fisika, dan bahasa.






DAFTAR PUSTAKA
Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta. 2012
Hasan Basri, M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung
Dr. H. Mahmud, M.Si. Pemikiran Pendidikan Islam. CV. Pustaka Setia. Bndung.
Hadari Nawawi. Pendidikan Dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya. 1993
Q.S Al-Hujarat:13
Q.S Azzariyat : 56 dan Q.S Al-Imran : 102.
Muhamad Jawwad Ridha. Tiga Aliran Utama dari Teori Pendidikan Islam. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2002
Q.S. An-Nisa:29
Q.S. Al-Mu’min : 60



[1] Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta. 2012. Cet.6. Hlm167-169
[2] Ibid.,hlm.169-170
[3] Hasan Basri, M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung. 2009. Hlm 57
[4] Ibid,. hlm 71
[5] Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. Pemikiran Pendidikan Islam. CV. Pustaka Setia. Bndung. 2011. Cet-1. Hlm.125
[6] Hadari Nawawi. Pendidikan Dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya. 1993. Hlm. 144-119
[7] Dra. Zuhairini,dkk. Op.cit. hlm. 171
[8] Prof. Dr. H. Mahmud, M.S. op. cit. Hlm. 110-111
[9] Q.S Al-Hujarat:13
[10] Q.S Azzariyat : 56 dan Q.S Al-Imran : 102.
[11] Muhamad Jawwad Ridha. Tiga Aliran Utama dari Teori Pendidikan Islam. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2002. hlm. 159.
[12] Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 2012.Cet, 6. Hlm. 176-178.

[13] Prof. Dr. H. Mahmud. M. Si. op. cit., Hlm 185
[14] Hadari Nawawi. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya. Al-Iklas. 1993. Hlm. 194
[15] Hadari Nawawi. Op. cit., Hlm. 195-203
[16] Prof. Dr. H. Mahmud. M. Si. op. cit., Hlm. 186
[17] Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta. 2012. Cet.6. Hlm. 180
[18] Hadari Nawawi. Op. Cit., Hlm. 184
[19] Drs. Hasan Basri, M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung. 2009. Hlm. 138-140
[20] Prof. Dr. H. Maahmud, M.Si. Hlm. 111
[21] Q.S. An-Nisa:29
[22] Q.S. Al-Mu’min : 60